Gayeng, karena rasa adalah segalanya
Ponorogo telah terkenal dengan Kesenian Reyog. Sedangkan saya hanyalah makhluk yang akan membusuk di makan bakteri pengurai, dengan kata lain kiamat sugro (T.T) . . . . wes hewes hewes bablas nyawane. Salam damai untuk semua makhluk Allah SWT.
Postingan tentang kata “gayeng”, sebuah kata yang beberapa kali ini menggetarkan gendang telinga hingga tersimpan dalam-dalam dipikiran. Setiap kali ada latihan ataupun pementasan Kesenian Reyog, kata “gayeng” sering terucap jelas dan dibumbui canda tawa terbahak-bahak dalam pertemuan gerak dan irama. Memang menyenangkan dan memuaskan.
Namun, beberapa kali juga terucap perlawanan untuk kata “gayeng” alias “ogak gayeng/ endak gayeng” terucap jelas ataupun samar, pertemuan beberapa perasaan juga dalam pertemuan gerak dan irama. Memang berbeda dan seperti tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
"Karena rasa adalah segalanya."
Sampailah saya, dalam ingatan tentang “gelap adalah ketiadaan cahaya”. Begitu juga dengan “ogak gayeng/ endak gayeng adalah ketiadaan gayeng”.
Ponorogo telah terkenal dengan Kesenian Reyog. Sedangkan saya hanyalah makhluk yang akan membusuk di makan bakteri pengurai, dengan kata lain kiamat sugro (T.T) . . . . wes hewes hewes bablas nyawane. Salam damai untuk semua makhluk Allah SWT.
Postingan tentang kata “gayeng”, sebuah kata yang beberapa kali ini menggetarkan gendang telinga hingga tersimpan dalam-dalam dipikiran. Setiap kali ada latihan ataupun pementasan Kesenian Reyog, kata “gayeng” sering terucap jelas dan dibumbui canda tawa terbahak-bahak dalam pertemuan gerak dan irama. Memang menyenangkan dan memuaskan.
Namun, beberapa kali juga terucap perlawanan untuk kata “gayeng” alias “ogak gayeng/ endak gayeng” terucap jelas ataupun samar, pertemuan beberapa perasaan juga dalam pertemuan gerak dan irama. Memang berbeda dan seperti tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
"Karena rasa adalah segalanya."
Sampailah saya, dalam ingatan tentang “gelap adalah ketiadaan cahaya”. Begitu juga dengan “ogak gayeng/ endak gayeng adalah ketiadaan gayeng”.
Benarkah? Silahkan berfikir tentunya dengan akal manusia!
No comments:
Post a Comment
. . . salam damai dan terima kasih atas komentar dari sobat blogger . . .