Rasa Kidung, Engwang Suksma Adiluhung, Yang Widhi, Oleh Kridaning Gusti, Gelar Gulung Kersaning Kang Maha Kuasa - "REYOG"
Showing posts with label ponorogo-town. Show all posts
Showing posts with label ponorogo-town. Show all posts

5/01/2012

www.lazponorogo.com

Bekerja dengan cara yang halal untuk menafkahi keluarga adalah perbuatan yang sangat mulia. Walaupun hasil yang diperoleh tidak selalu memuaskan, itu lebih baik dari pada memperoleh hasil yang selalu memuaskan dengan cara yang tidak halal. "Daripada menjadi koruptor yang suka korupsi, lebih menyenangkan menjadi tukang las yang gemar ngopi di pagi hari". he he he . . . .


Beberapa bulan yang lalu, resleting 2 tas saya rusak. Tanpa pikir panjang langsung saja saya bawa ke Tukang Sol Sepatu yang bertempat di Jln. Soekarno-Hatta, depan Penjara dan Kantor POS Ponorogo. Di sana berjejer rapi stand Tukang Sol Sepatu. Mereka menerima memperbaiki sepatu, sandal, tas, dan lain-lain.

12/07/2011

Ponorogo dan Adipura

Ponorogo merupakan salah satu kota kecil yang mendapat penghargaan Adipura di Indonesia. Penghargaan yang membanggakan bagi pemerintah dan rakyat Ponorogo. Silahkan lewat perempatan Pasar Legi, di sana berdiri tegak menghadap ke utara, Patung Suromenggolo (kalo nggak salah nama!!! maaf!!! he ho!!!), menjunjung tinggi pengghargaan Adipura. Simbol yang mengatakan rasa bangga pemerintah dan rakyat Ponorogo terhadap kotanya yang "sejahtera".


Melalui beberapa program, pemerintah berseru kepada rakyat Bumi Ponorogo untuk menjaga kebersihan. Contohnya, setiap hari jum'at, di lingkungan pemkab., ada program jum'at bersih. Mereka terlihat bergotong-royong membersihkan kantor, alun-alun, taman, dan fasilitas yang lain. Namun, masih saja terlihat sampah beterbangan dan beberapa fasilitas umum yang tidak terawat yang tembok-temboknya tertulis coretan gak jelas. Akibatnya, keindahan kota mulai luntur sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi gunungan sampah busuk apabila tidak segera ditindak lanjuti. Apa yang hendaknya kita lakukan?

10/21/2011

Melindungi, Mengayomi, & Melayani ?!

Akhir-akhir ini, Beberapa bahkan satuan polisi Polres Ponorogo sering terlihat di sudut-sudut kota. Ada yang mengatur lalu-lintas di sudut-sudut keramaian, mengadakan operasi kelengkapan berkendara, patroli keliling kota dan razia di beberapa tempat umum seperti warnet, cafe dan rumah-rumah penyedia hiburan lainnya. Dengan langkah tegap, mereka memacu menempel slogan "Melindungi, Mengayomi, & Melayani" di kendaraan kebanggaan dan memarkir di pinggir sudut-sudut kota. Semoga kota Ponorogo lebih aman dan tertib. amin. PonoroGOaHead.....!

10/07/2011

Raja dan Patih

Zaman dahulu, Indonesia terdiri dari beberapa kerajaan besar dan kecil. Diantaranya adalah Kerajaan Kutai, Kerajaan Terumanegara, Kerajaan Singosaren, Kerajaan Kediri, Kerajaan Mataram, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit dan lain-lain. Bahkan ketika Islam masuk, sistem pemerintahan kerajaan masih digunakan. Beberapa kerajaan bernafaskan Islam diantaranya, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Banten dan lain-lain. Setiap kerajaan dipimpin oleh Raja dan dibantu oleh Patih. Seperti Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Maha Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Madha dengan sumpahnya "Sumpah Palapa".


Menurut Babat Ponorogo versi Alm. Mbah Wo Kucing, zaman dahulu, Ponorogo merupakan kerajaan dengan nama Bantar Angin. Foto pertama di atas merupakan salah satu patung yang berada di Blok M(Blok Macan) di depan Paseban Alun-alun Ponorogo. Di sana terdapat diorama yang bercerita tentang Prabu Kelana Sewandana melindungi Dewi Sanggalangit dengan mengusir 7 ekor singa jadi-jadian dengan senjata saktinya "Pecut Samandiman". 7 ekor singa tersebut menggambarkan tokoh Prabu Singabarong yang buas. Prabu Kelana Sewandana, merupakan pengembara sekaligus putra Kerajaan Kahuripan/ Jenggala yang berguru kepada 3 resi bersaudara, yaitu Raden Mas Jin Jami Jaya (Penguasa gunung Semeru), Raden Panji Nilosuwarno (Penguasa sumur Jolotundo, Blitar) dan Ki Gedug Padang Ati (Penguasa gunung Probolinggo) hingga menggantikan mereka yang sudah tua menjadi pemimpin di Kerajaan Bantar Angin.

7/28/2011

Warung Kopi Putrinya Mbah Tekluk

Warung Kopi atau sering diucap Angkringan, di Ponorogo, semakin hari semakin menjamur. Begitu juga masyarakatnya, dari anak-anak, remaja, sampai usia lanjut, menikmati wedang dan jajanan di trotoar pinggir jalan raya. Berbeda dengan diwaktu yang lalu, warung kopi bertempat di sebuah bangunan dari gedek / tembol dan pengunjungnya didominasi oleh orang tua dan usia lanjut.


Warung Kopi Putrinya Mbah Tekluk merupakan warung kopi turun-temurun yang didirikan oleh Mbah Tekluk. Warung kopi ini sudah ada sejak lama. Bertempat di pinggir timur jalan Jln. Soekarno-Hatta, di utara Pasar Stasiun Ponorogo, bertahan sampai sekarang. Berbeda dengan Angkringan, buka lewat jam 12 malam, Mbah Tekluk menjajakan wedang, sego kering, berbagai gorengan seperti tahu, tempe dan lentho serta Djadah bakar sampai pagi menjelang siang.

6/28/2011

Ndang Ndang Ndang, Thuk, Nang Ning Nong Nung, Ketipung, Slompret, Gong Kempul, Gung

Awal bulan Juni kamaren, tepatnya tanggal 6, menjadi awal pementasan Tari Reyog di rumah warga dan keliling kampung. Pementasan itu untuk memeriahkan hajatan perkawinan salah satu warga Desa Mangkujayan. Kemarin, tanggal 27 Juni, menyusul 1 pementasan Tari Reyog lagi. Kali ini ada salah satu warga yang nanggap untuk memeriahkan hajatan kitanan anaknya. Pementasan tersebut mulai sekitar Pukul 14.00 WIB, istirahat ketika waktu Sholat Ashar, kemudian dilanjutkan sampai menjelang Maghrib.


Kemarin, seperti biasanya ketika ada salah satu warga yang nanggap Reyog, warga sekitar berbondong-bondong berkumpul untuk melihat hiburan yang jarang digelar ini. Warga berkumpul mengelilingi tempat pertunjukan yang bertempat di barat rumah pemilik hajatan. Di sana saya melihat semua golongan manusia, dari manusia usia balita, anak-anak, remaja, dewasa dan kakek-kakek. Mereka menikmati alunan gamelan, gerakan penari-penarinya dan mungkin ada beberapa manusia yang memahami untuk menambah ilmu tentang Tari Reyog. Selain foto di atas, berikut foto-foto yang lain :

6/21/2011

Reyog Keliling Desa Mangkujayan - Prajuritan


Akhirnya tergelar lagi pementasan Tari Reyog berjalan di depan rumah. Pementasan yang mulai jarang digelar ini, pagi dan sore (21-06-2011) mengobati kerinduan beberapa orang, khususnya masyarakat Mangkujayan termasuk saya. Semua golongan masyarakat, balita, anak, remaja dan dewasa, tampak menikmati pementasan Tari Reyog tersebut. Berikut cuplikan dari pementasan tersbut :

5/17/2011

Makan Tengah Malam

Manusia pasti membutuhkan makanan ketika lapar. Jika, tidak segera teratasi dapat menimbulkan penyakit. Normalnya, manusia makan 3 kali sehari, tetapi semakin maraknya kegiatan malam hari masyarakat di Ponorogo, kebiasaan makan menjadi di atas normal.

Warung makan "Mbok Rum" yang berloksi di Jl. MT. Haryono, utara perempatan Tambakbayan Ponorogo, menjadi salah satu tujuan makan favorit warga sekitar khususnya dan masyarakat luas. Buka sekitar jam 11 malam sampai waktu Subuh, Bu Rum dibantu beberapa keluarganya menyediakan menu utama Nasi Kereng dan Nasi Pecel. Harga nasi sangat bersahabat dengan isi dompet manteman, yaitu Rp 1.500,00 per bungkus. Selain nasi, sama seperti warung-warung makan, Bu Rum menyediakan minuman, gorengan dan jadah bakar sebagai pelangkap.

4/26/2011

Dewi Songgolangit

Dewi Songgolangit merupakan putri mahkota dari Kerajaan Kediri dalam salah satu versi cerita asal-usul Reyog Ponorogo. Mempunyai paras wajah yang cantik dan berbudi pekerti luhur menjadi daya tarik bagi raja-raja dan putra mahkota di wilayah Pulau Jawa. Sifat luhur tersebut ditunjukkan ketikan hendak memilih pasangan hidup. Sang Dewi memohon petunjuk dari Sang Hyang Widhi dengan bersemedi. Dan hanya ada satu pemenang yang berhasil mendapatkan hati Sang Dewi dengan mempertontonkan kesenian baru dan hewan berkepala dua sesuai syarat yang telah diucapkannya. Dialah Sang Prabu Kelana Suwandana dari Kerajaan Bantarangin yang berkuasa di Wengker, Ponorogo. Cerita tersebut menjadi cerita resmi dan abadi dalam setiap pertunjukan Tari Reyog.

Karena cerita yang populer tersebut, nama Dewi Songgolangit sangat terkenal di kota Ponorogo dan sekitarnya. Sebagai bentuk penghargaan terhadap kebudayaan yang mengharumkan kota Ponorogo, nama "Pasar Legi" yang telah terbakar hebat beberapa tahun lahu, kini telah berdiri bangunan pasar baru dan diberi nama "Pasar Songgolangit". Pasar tersebut menjadi salah satu pusat perdagangan tradisional dan moderen yang menjadi kebanggaan masyarakat Ponorogo.

11/24/2010

Kota Kecil Ponorogo

Dewi Songgolangit - Ponorogo Regency
Sunset by JP
Welcome - Mlilir
Adipura Sculpture I by JP - "Mbunderan Pasar Legi"







Easygoing





Square - Center of Town


Pasar Tradisional Songgolangit
Adipura Sculpture II by JP

"Mbunderan" - Nologaten

Sukowati Park - Keniten

Sukowati Park - Keniten

p
Relax Area - Pramuka Street