26 Oktober 2010 lalu G.Merapi yang merupakan salah satu gunung paling aktiv di dunia, meletus dengan dahsyatnya. Sebagian besar masyarakat disekitarnya kaget yang menjadikan kepanikan luar biasa. lebih dari 30 manusia wafat dan ratusan masyarakat luka-luka. Di tengah-tengah kondisi kritis tersebut ada seoarang "manusia biasa yang luar biasa" tetap tenang menghadapi "sang Merapi". Tetapi memang manusia tidak dapat melawan "GUSTI INGKANG MOHO KUOSO". Dalam ketenangan Mbah Maridjan menyerahkan nyawa yang memang harus diserahkan dengan "Ikhlas".
Alm. Mbah Maridjan (Bergelar Mas Panewu Suraksohargo 1 |
Mbah Maridjan lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta pada tahun 1927. Beliau menerima amanah menjadi "kuncen", dalam Bahasa Indonesia Juru Kunci Gunung Merapi dari Sultan Hamengku Buwono IX menggantikan ayahnya dan bergelar "Mas Panewu Suraksohargo 1. Beliau adalah sosok manusia yang patut ditiru. Hidup ikhlas, sederhana, lucu, peduli dengan sesama dan alam sekitar serta setia, merupakan beberapa sifat terpuji yang dimilikinya.
Kini Mbah Maridjan telah berpulang. Duka mendalam melanda orang-orang disekitarnya. Beliau meninggalkan seorang istri bernama Ponirah (73), 5 orang anak, 11 cucu, dan 6 orang cicit, Yogyakarta dan sekitar serta Gunung Merapi dan "Wedhus Gembel" tentunya, menyusul ayah dan 5 anaknya yang lebih dahulu wafat. Mbah Maridjan telah wafat mendahului, tetapi kenangan semasa hidup masih melekat di hati. Harum mewangi menyebar dari Gunung Merapi menuju segala penjuru.
Gelas dan Piring Kecil "Lepek" Mbah Maridjan |
Seperti pepatah Jawa yang mengatakan,"Urip iku mung mampir ngombe", dalam bahasa Indonesia,"Hidup itu mampir minum", dengan tetap bersujud ikhlas kepada Sang Pencipta, beliau berserah diri. Innalillahi wainnalillai roji'un...!!!
Slamat jalan Mbah...!!!
Semoga amal ibadah semasa hidup di dunia diterima Allah SWT. Amin.
Terima kasih atas contoh yang baik dari Mbah....
No comments:
Post a Comment
. . . salam damai dan terima kasih atas komentar dari sobat blogger . . .