Rasa Kidung, Engwang Suksma Adiluhung, Yang Widhi, Oleh Kridaning Gusti, Gelar Gulung Kersaning Kang Maha Kuasa - "REYOG"

4/12/2011

Tentang Legenda Reyog

Panggung Hitam
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor.(Sumber : Wikipedia) 

Sebagai warga Ponorogo asli, saya ingin mengetahui sejarah yang terdapat di kota kecil ini untuk menambah pengetahuan. Ayah saya yang lahir di desa Sumoroto, di mana di dekat daerah tersebut terdapat peninggalan sejarah Kerajaan Bantarangin, pernah bercerita tentang asal-usul Tari Reyog dengan bantuan buku yang dibelinya. Seingat saya, cerita di dalam buku tersebut mengisahkan Prabu Kelana Sewandana (Raja Kerajaan Bantarangin) yang berkeinginan mempersunting Dewi Songgolangit (Putri Kerajaan Kediri). Singkat cerita, Dewi Songgolangit memberikan satu syarat yaitu siapa yang dapat membawakan tontonan berupa hewan berkepala 2 akan dijadikan suami. Sang Prabu berhasil mempersunting dengan terlebih dahulu mengalahkan Prabu Singobarong dengan menggunakan senjata pecut Kyai Samandiman dan bantuan Patih Pujangganong serta menyanggupi persyaratan Dewi Songgolangit menampilkan tontonan hewan berkepala 2. Dan tontonan hewan berkepala 2 itu tidak lain adalah jelmaan Prabu Singobarong dan burung meraknya.

Di lain pihak, saya juga pernah mendengar cerita dari mulut ke mulut, bahwa Tari Reyog berasal dari Kerajaan Wengker yang dipimpin oleh Prabu Suryangalam/ Ki Ageng Kutu menyindir kerajaan Majapahit. Sindiran itu berupa pertunjukan tari yang penarinya terdiri dari Barongan yang di atasnya bertengger merak yang berarti Raja Majapahit tunduk pada permaisuri, penari Jathilan yang berjenis kelamin laki-laki berarti tentara Majapahit seperti banci dan Warok yang sakti mandraguna namun menyimpan kontroversi.

Cerita manakah yang benar?

Mohon maaf jika cerita berikut melenceng dari judul. Beberapa waktu lalu, warga Ponorogo dikagetkan dengan penemuan situs sejarah berupa kolam pemandian. Menurut arkeolog yang meneliti, kolam pemandian tersebut merupakan peninggalan era Raja Jayabhaya dari Kerajaan Kediri yang termasyur dengan Jangka Jayabhaya. Bebarapa hari setelah penemuan, saya melihat kolam tersebut. Dalam pikiran saya muncul pertanyaan, "Adakah hubungan antara Tari Reyog Ponorogo dan situs kolam pemandian yang baru diketemukan ini?". he he . . .

Saat ini cerita yang paling populer dan diperagakan dalam pertunjukan Tari Reyog adalah cerita Prabu Kelana Sewandana mempersunting Dewi Songgolangit. Hal ini dikarenakan cerita tersebut lebih menarik sebagai penarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Sedangkan, untuk mencari kebenaran asal-usul Tari Reyog pastinya memerlukan penelitian yang lebih lanjut dan kerja sama dari beberapa pihak yang telah berpengalaman. Semoga asal-usul tersebut dapat diketemukan dan hasilnya dapat menambah sumber pengetahuan sejarah tentang Tari Reyog Ponorogo. Amin . . .

No comments:

Post a Comment

. . . salam damai dan terima kasih atas komentar dari sobat blogger . . .