Rasa Kidung, Engwang Suksma Adiluhung, Yang Widhi, Oleh Kridaning Gusti, Gelar Gulung Kersaning Kang Maha Kuasa - "REYOG"

1/31/2014

Bahasa Inggris dan Bahasa Lokal

Peta Indonesia
Bahasa Pemersatu Negeri ini adalah Bahasa Indonesia (Indonesian Language). Mempersatukan semua pulau dari Sabang sampai Merauke yang berjajar di bawah Panji-panji Merah Putih. Bahasa yang besar dan arif. Begitu juga dengan Bahasa Inggris merupakan Bahasa Pemersatu Kerajaan Inggris Raya.

Peta Negara Inggris
Bahasa Inggris yang Internasional, juga menjadi bahasa pemersatu antar negara-negara di dunia ini bahkan Mbah Google yang masih hidup di Dunia Maya sampai sekarang dan entah sampai kapan, juga menggunakan bahasa ini dalam membimbing cucu-cucunya yang nakal berselancar ke seluruh penjuru dunia. Betapa Pentingnya Bahasa Inggris bagi beliau yang telah menjembantani berkomunikasi dengan manusia, hewan, tumbuhan, batu, air, tanah, angin dan api. :D. Berbeda dengan Mbah Google, Kakek Nenek dan orangtua membimbing saya dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Lokal yaitu Bahasa Jawa (Java Language). Baru ketika menginjak remaja hingga sekarang Bapak/ ibu guru mengenalkan Bahasa Inggris (English Language).

Salah satu Bahasa Lokal yaitu Bahasa Jawa, yang syarat akan makna dan menjadi suatu bagian sakral dari Kebudayaan Jawa (Javanese Cultural), menjadi alat komunikasi Suku Jawa sejak dahulu kala. Sedangkan Bahasa Inggris merupakan bahasa dari luar yang sering dikatakan bahasa "asing". Dari kata "asing" inilah muncul pandangan yang beranggapan "Bahasa Inggris dapat merusak generasi penerus suatu kebudayaan". Sebenarnya wajar saja, karena beberapa generasi muda daerah setelah bisa berbahasa Inggris, seakan pamer dengan berbagai tujuan tertentu, seperti "merendahkan bahasa nasional atau bahkan sampai mengolok-olok bahasa lokal dengan istilah kampungan".  Hal inilah yang wajib kita hindari karena dapat menimbulkan perpecahan. Kita generasi yang muda, kuat dan berbahaya, di samping mengembangkan kemampuan harus ingat tentang kebudayaan/ adat istiadat negeri sendiri yang rendah hati dan telah jaya sampai luar negeri..
Reyog Dance
Guru Bahasa Inggris saya, Bu Ernin sapaannya, pernah menerangkan bahwasannya nama-nama tempat, makanan, minuman, kegiatan serta kesenian di suatu daerah tidak perlu di Bahasa Inggris-kan. Contoh : Nasi Pecel = Pecel Rice, Banyuwangi = Banyuwangi, Es Cendol = Cendol Ice, Upacara Ngaben = Ngaben Ceremonial, Gendhang = Gendhang, Gong = Gong, Tari Reyog = Reyog Dance dan lain sebagainya. Dari pelajaran tersebut, saya menarik kesimpulan betapa arifnya kebudayaan lokal dan betapa baiknya orang Inggris yang tidak meng-Inggriskan suatu kebudayaan. Dan apabila kita mampu menggunakan bahasa sebaik mungkin, kita akan mendapat hasilnya.


Betapa Pentingnya Bahasa Inggris. Cara awal yang harus kita lakukan adalah belajar, praktek serta mengembangkannya. Salah satu media yang dapat kita gunakan adalah mengunjungi situs resmi Kursus Bahasa Inggris Online Bersertifikat (e-Compusoft). Di sini ada Materi Gratis, Program Afiliasi, dan lain-lain, yang tentunya bermanfaat.

Pernah saya membaca suatu artikel yaitu tentang memacu kekuatan otak, yaitu penguasan dua bahasa atau lebih dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kenyataannya, kita akan berfikir lebih apabila menggunakan 2 bahasa, sehingga otak terlatih lebih kuat dan mencegah Demensia yaitu penurunan fungsional yang disebabkan kelainan pada otak (Wikipedia). Betapa Pentingnya Bahasa Inggris serta bahasa-bahasa yang lain. Selain memacu kekuatan otak, dengan Bahasa Inggris kita bisa bertukar pengetahuan dengan orang asing atau dengan melamar menjadi Tour Guide ketika orang asing tersebut ingin belajar kebudayaan kita. Ini tidak hanya berlaku untuk Bahasa Inggris saja. Pertemuan ini akan menjadikan harmoni penduduk di Bumi . Amin

2 comments:

Unknown said...

Siapa pemenangnya bro di kontes ini ? udah tau belum ?

SA1USATU said...

Belum tahu mas . . . kemarin sekedar iseng waktu ada ide . . . mas Alfi juga ikut kah?

Post a Comment

. . . salam damai dan terima kasih atas komentar dari sobat blogger . . .