Zaman dahulu, Indonesia terdiri dari beberapa kerajaan besar dan kecil. Diantaranya adalah Kerajaan Kutai, Kerajaan Terumanegara, Kerajaan Singosaren, Kerajaan Kediri, Kerajaan Mataram, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit dan lain-lain. Bahkan ketika Islam masuk, sistem pemerintahan kerajaan masih digunakan. Beberapa kerajaan bernafaskan Islam diantaranya, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Banten dan lain-lain. Setiap kerajaan dipimpin oleh Raja dan dibantu oleh Patih. Seperti Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Maha Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Madha dengan sumpahnya "Sumpah Palapa".
Menurut Babat Ponorogo versi Alm. Mbah Wo Kucing, zaman dahulu, Ponorogo merupakan kerajaan dengan nama Bantar Angin. Foto pertama di atas merupakan salah satu patung yang berada di Blok M(Blok Macan) di depan Paseban Alun-alun Ponorogo. Di sana terdapat diorama yang bercerita tentang Prabu Kelana Sewandana melindungi Dewi Sanggalangit dengan mengusir 7 ekor singa jadi-jadian dengan senjata saktinya "Pecut Samandiman". 7 ekor singa tersebut menggambarkan tokoh Prabu Singabarong yang buas. Prabu Kelana Sewandana, merupakan pengembara sekaligus putra Kerajaan Kahuripan/ Jenggala yang berguru kepada 3 resi bersaudara, yaitu Raden Mas Jin Jami Jaya (Penguasa gunung Semeru), Raden Panji
Nilosuwarno (Penguasa sumur Jolotundo, Blitar) dan Ki Gedug Padang Ati
(Penguasa gunung Probolinggo) hingga menggantikan mereka yang sudah tua menjadi pemimpin di Kerajaan Bantar Angin.
Ketika mengembara di Gunung Lawu, Prabu Kelana Sewandana bertemu Jaka Pujang putra Raja Kediri yang tinggi hati. Akhirnya perkelahian antara mereka tak terelakkan lagi hingga Jaka Pujang hampir terbunuh. Namun, tiba-tiba muncullah Kanjeng Sunan Lawu yang melarang dan menjadikan mereka murid. Berkat ketekunan dan kepandaian, Prabu Kelana Sewandana yang bernama asli Panji Kelana mendapat kesaktian berupa "Topeng Kencana" dan Pecut Samandiman sedangkan Jaka Pujang mendapat "Topeng kesaktian" dan Aji Landak Putih. Jaka Pujang pun akhirnya mengabdi kepada Prabu Kelana Sewandana dengan gelar Joko Pujang Anung.
Foto kedua merupakan salah patung yang berdiri menghiasi perempatan kota Ponorogo. Tepatnya berada di perempatan Tambak Bayan. Patung tersebut bersiri menghadap ke barat yang melakukan salah satu gerak Tari Bujang Ganong, menyambut kedatangan wisatawan dari arah barat. Selamat datang di Bumi Ponorogo.
Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, tur wuri handayani.
-Ki Hadjar Dewantara-
Hendaknya pemimpin juga mempraktekkan kata mutiara tersebut.
No comments:
Post a Comment
. . . salam damai dan terima kasih atas komentar dari sobat blogger . . .