Rasa Kidung, Engwang Suksma Adiluhung, Yang Widhi, Oleh Kridaning Gusti, Gelar Gulung Kersaning Kang Maha Kuasa - "REYOG"

3/12/2011

Reog Keliling Desa

Ponorogo terkenal dengan kesenian khas berupa Tari Reog. Masyarakat Indonesia bahkan dunia sudah megenal tarian ini. Kekhasan gerak tarian, kostum setiap penari dan gamelan pengiring menyajikan sebuah pertunjukan spektakuler sehingga menarik untuk disaksikan. Begitu juga dengan cerita yang terkandung dalam pertunjukan, menarik untuk dihayati.


Waktu masih kecil, saya sering di ajak bapak melihat pertunjukan Tari Reog keliling desa. Masih membekas di ingatan, jalan desa penuh dengan warga yang melihat. Tubuh kecil ini pun dipangkul beliau agar dapat melihat Prabu Klono Sewandono, Barongan, Bujang Ganong, Warok dan Jathilan menari. Pada awalnya saya takut seandainya terjatuh, tetapi bapak memegang kedua tangan saya dan mengajak menari dengan iringan gamelan khas kesenian Reog. Senang dapat melihat pertunjukan di kala itu.

Sekarang, usia saya hampir 21 th, tak lagi dipangkul di punggung bapak. Begitu juga dengan pertunjukan Reog keliling desa. Jarang sekali saya melihat pertunjukan tersebut. Bahkan dapat dikatakan tidak pernah ada lagi. Dulu, setiap salah satu warga ada yang mempunyai hajatan, Kitanan misalnya, pasti ada pertunjukan reog lewat di depan rumah. Pertunjukan Reog yang masih dapat warga Ponorogo dan sekitar secara umum tinggal pertunjukan Reog waktu bulan purnama dan beberapa festival  yang  di adakan pemreintah dan swasta. Apa yang menyebabkan jarangnya pertunjukan reog keliling desa?

Beberapa waktu lalu, di salah satu angkringan Jl. MT. Haryono, saya berbincang-bincang dengan salah satu pemain singo barong unggulan Desa Mangkujayan. Sebut saja namanya Mas Agung. Menurut beliau, sekarang pertunjukan Reog keliling desa sudah kalah dengan hiburan yang lain yang berkembang di masyarakat seperti Orkes Dangdut, Campursari, music elektone(orgen) dan pertunjukan musik band. Selain itu, ternyata biaya sewa pertunjukan Reog juga cukup mahal. Sehingga warga yang hendak menyewa pun berfikir dua  kali untuk. Tetapi, biaya mahal ini menurut saya pribadi memang pantas, karena pertunjukan ini memang menakjubkan.(Sok kaya, hehe...).

Selain dua alasan di atas, ada satu lagi alasan yang menyebabkan jarangnya pertunjukan Reog keliling. Menurut Mas Agung, setiap ada pertunjukan pasti selalu tercium bau minuman keras yang cukup menyengat yang diiringi beberapa manusia yang menonton menari dengan pikiran melayang alias mabuk. Bahkan tak jarang terjadi keonaran kecil terjadi di tengah keramaian. Beberapa warga khususnya anak-anak dan kaum hawa yang takut memilih untuk pulang. Sehingga tersisa sedikit warga yang berani dan rela menutup hidung demi mengikuti jalannya pertunjukan.

Sungguh disayangkan pertunjukan yang mewangi sampai mancanegara, di daerah asalnya sendiri jarang dipertunjukkan di kehidupan sehari-hari. Kebudayaan negeri sendiri semakin tergeser dengan kebudayaan negeri lain. Bukan maksut menghina, hendaknya kebudayaan negeri lain yang baiklah yang kita ambil. Marilah kita sebagai warga Ponorogo yang bermoral baik, melindungi kebudayaan dengan hati yang suci!

Seiring rokok ditangan dan secangkir kopi yang mulai kosong, pembicaraan singkat ini kami akhiri. Semoga Reog Ponorogo semakin mewangi di mancanegara dan negeri sendiri . . . Amin.

2 comments:

Unknown said...

mahal itu berapa ?

SA1USATU said...

dalam kota rata-rata 2 jt, luar kota rata-rata 5-8 jt,
namun, di sini masih berlaku negosiasi/ tawar menawar yang menyangkut karya yang akan ditampilkan, MCK(makan,minum,rokok)/konsumsi, transport, dll . . . . .

Post a Comment

. . . salam damai dan terima kasih atas komentar dari sobat blogger . . .